Style Sampler

Layout Style

Patterns for Boxed Mode

Backgrounds for Boxed Mode

UPACARA TEDUN DUSUN TLACAP

Nov

10

Bantul, Jogja TV | Padi merupakan suatu tanaman yang menghasilkan beras. Di Indonesia, beras merupakan suatu makanan pokok sehari-hari masyarakatnya. Meskipun beberapa masyarakat ada yang menggantikan beras dengan bahan lainnya seperti ubi, jagung, kentang dan yang lainnya, akan tetapi kebanyakan masyarakat lebih memilih beras sebagai makanan pokoknya. Tak heran jika petani akan melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan padi yang terbaik.

Adat istiadat dan budaya warisan nenek moyang merupakan suatu kekayaan tersendiri yang patut untuk dibanggakan. Seperti halnya dengan Yogyakarta yang terkenal sebagai kota budaya yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya yang dimilikinya. Sebagai kota budaya, Yogyakarta memiliki masyarakat yang sangat menghargai dan melestarikan adat istiadat warisan nenek moyangnya. Seperti halnya dengan warga Dusun Tlacap, Grojogan, Desa Pendowoharjo, Kec. Sleman, Kab. Sleman yang masih melestarikan upacara adat yang sering disebut dengan Upacara Tedun. Upacara Tedun merupakan suatu upacara tradisi yang dilakukan setiap kali musim tanam padi akan dimulai. Tedun sendiri dalam bahasa Jawa berarti turun, maksud dari kata ini ialah, para petani yang akan melakukan tanam padi akan turun ke sawah untuk menanam padi mereka.

segment #3.mpg_000140136

“Upacara tedun ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur dan permohonan yang dilakukan oleh para petani agar kelak padi yang dihasilkan akan berlimpah dan agar padi yang ditanam terhindar dari hama dan penyakit.”, ujar Marsudi, selaku sesepuh desa setempat. Upacara tedun ini dilakukan setelah petani usai melakukan pengolahan sawah yang biasanya proses olah sawah ini akan rampung dalam waktu satu minggu. Ketika prosesi olah sawah telah usai, para petanipun bergegas untuk mempersiapkan berbagai hal yang akan diperlukan dalam upacara tedun. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam prosesi upacara tedun ini diantaranya ialah jenang blowok atau yang sering kita kenal dengan jenang sumsum yang dilengkapi dengan sirup gula merah, pisang dan bunga setaman yang disajikan bersama dan sering disebut dengan ubarampe. Ubarampe ini merupakan suatu sajian yang mengandung harapan agara padi yang ditanam melimpah dan petani selalu diberikan perlindungan, limpahan rizki dan selalu diberikan kesehatan.

segment #1.mpg_000336576

 

segment #1.mpg_000345016

segment #1.mpg_000251136

Berbagai ubarampe yang dipersiapkan dalam upacara tersebut bukan tak mengandung arti dan tujuan. Masing-masing ubarampe yang dipersiapkan mengandung makna tersendiri. Seperti halnya dengan jenang blowok. Jenang ini disajikan dengan tujuan agar dapat memulihkan tenaga bagi para petani setelah usai melakukan prosesi pengolahan tanah. Pada masa nenek moyang, pisang yang digunakan dalam prosesi upacara ini ialah menggunakan pisang biji atau masyarakat jawa menyebutnya dengan pisang klutuk. Pisang ini dipilih dengan harapan agar padi yang ditanam kelak menghasilkan padi yang padat dan berisi. Kembang setaman beserta kemenyan yang dibakar merupakan perlambangan supaya do’a yang kita panjatkan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setelah berbagai persiapan usai, warga pun siap untuk melakukan kirab.

segment #1.mpg_000039696

Kirab ini sering disebut dengan julukan Kirab Jodang. Kirab ini bertujuan agar semua warga dapat merasakan berkat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kira Jodang ini dimulai dari salah satu rumah warga dan berakhir di areal persawahan. Setibanya di areal persawahan, ubarampe tersebut kemudian di do’aka oleh rois setempat. Seluruh warga khusuk dalam memanjatkan do’anya. “Prosesi do’a ini dipanjatkan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil yang telah didapat petani dan segala macam pekerjaan yang telah dapat terselesaikan serta meminta berkah agar padi yang ditanam menjadi bernas dan panjang umur”, ujar Mardianto, selaku rois setempat. Untuk melengkkapi prosesi upacara tedun tersebut, petani membawa 4 pincuk jenang sumsum dan dan pisang yang mana akan diletakkan pada keempat sudut sawah dan 1 pincuk lagi yang akan diletakkan pada bagian tulakan (jalan masuk air pada sawah). Pincuk yang diletakkan pada keempat sudut sawah ini bertujuan sebagai penolak bala dengan harapan agar hama dan penyakit tidak menyerang padi. Sedangkan pincuk yang diletakkan dibagian tulakan dimaksudkan agar air yang mengaliri sawah adalah air yang bersih dan menyuburkan padi.

segment #2.mpg_000036936

 

segment #2.mpg_000099576

segment #2.mpg_000106520

Setelah proses berdo’a selesai, dilanjutkan dengan acara theatrical yang mana menggambarkan Dewi Sri dan Burung Gagak. Kisah Dewi Sri ini merupakan suatu kisah warisan nenek moyang yang sudah terkenal seja jaman dahulu yang identik dengan masa tanam padi. Acara theatrical ini mengandug makna perpaduan dan kerukunan warga yang akan selalu hidup rukun dan serasi dengan alam serta melambangkan ketakwaan manusia dan pencipta yang mana akan dapat menyingkirkan sikap buruk yang terkadang tidak disadari oleh manusia itu sendiri. Dalam theatrical ini, warga menggunkan patung Dewi Sri dan anak-anak yang berdandan seperti burung gagak. karena burung gagak identik dengn burung yang sangat sering memakan padi warga, pada acara ini ibu-ibu petani akan mengusir gagak-gagak itu agar padi mereka tidak habis dimakan burung.

segment #2.mpg_000212480

segment #1.mpg_000356016

segment #1.mpg_000307536

Seusai melakukan acara theatrical, jenang blawok yang telah dibuat akan dibagikan kepada seluruh warga yang mengikuti upacara tedun ini. Dalam prosesi upacara kali ini, jenang blowok yang dibuat sekitar 500 cup. Pembagian jenang ini merupakan wujud rasa syukur petani atas limpahan rahmat dan rizki yang telah didapatkannya. Upacara ini sempat tergerus oleh jaman, akan tetapi, beberapa warga masih memegang teguh budaya warisan nenek moyang dan bertekat untuk tetap melanjutkan tradisi ini serta sebagai bentuk nguri-uri budaya agar tidak ditinggalkan oleh generasi penerusnya. “Semoga ini semua dapat memberikan barokah pada petani yang dengan setia menanam padi , sehingga jika hasil maksimal maka petani akan tetap bersemangat untuk menanam kembali”, ujar Ir. Arofa Noor Indriani, M. Si selaku okoh masyarakat setempat.

segment #3.mpg_000045696

segment #3.mpg_000221616

Share this with friends