Style Sampler

Layout Style

Patterns for Boxed Mode

Backgrounds for Boxed Mode

KOLABORASI PAMERAN PERUPA MUDA PAPUA

Nov

15

                Yogyakarta, Jogja TV | Setiap orang pasti memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu karya seni. Berkarya seni merupakan suatu proses merubah gagasan atau ide yang dimiliki oleh seseorang menjadi sebuah benda yang dapat dinikmati baik keindahan ataupun kegunaannya. Kreatifitas  seseorang dalam menyajikan sebuah karya pasti memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya, karena ide dan pemikiran yang dimiliki seseorang pasti berbeda pula. Akan tetapi dengan perbedaan tersebut bukan berarti suatu karya seni yang telah diciptakan tidak dapat dikolaborasikan. Seperti halnya dengan pameran karya seni yang merupakan hasil kolaborasi dari dua orang mahasiswa asal papua ini.

                Pameran karya seni yang diadakan di Bentara Budaya Yogyakarta ini merupakan suatu karya seni hasil gagasan dari dua mahasiswa muda yang berasal dari papua yaitu Albertho Wanma dan Ignasius Dicky Takndare. Pameran ini digelar pada tanggal 15 Oktober 2016 hingga 23 Oktober 2016 dan diberi judul Remahili. Remahili sendiri merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa sentani (salah satu suku yang ada di Papua) dan mengandung arti berupa ratapan atau sebuah ungkapan duka cita. Oleh karena itu, pameran ini menampilkan berbagai macam karya seni yang mengandung makna  kedukaan. Akan tetapi maksud dari pengambilan judul remahili ini ialah untuk memberikan semangat dan dorongan kepada para perupa muda Papua untuk bersenadung serta mengekspresikan kegelisahan dan ratapan mereka mengenai apa yang telah terjadi di Papua melalui sebuah  karya seni.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 1.mpg_000037400

                Dalam kegiatan pameran seni ini banyak menghadirkan berbagai macam karya yang unik dan menarik untuk dilihat serta diapresiasi. 19 macam karya seni hasil garapan Albertho Wanma dan Ignasius Dicky Takndare merupakan jenis karya seni konvensional seperti lukisan dan patung serta karya eksperimental seperti karya instalasi.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 1.mpg_000008880

                Bagi pengunjung yang menyaksikan pameran ini, ketika pertama kali memasuki lokasi pameran akan disuguhkan dengan karya seni yang cukup mengejutkan serta membuat mata kita langsung tertuju pada karya tersebut. Mengapa demikian, karena karya seni hasil kreatifitas Albertho Wanma yang diberi judul Valvisu Mambesak ini memiliki ukuran yang lumayan besar dan memiliki tinggi sekitar 4 meter. Karya seni ini memiliki bentuk seperti gitar raksasa dengan bagian atas menyerupai tangan yang sedang mengepal seakan-akan melambangkan sebuah kekuatan atau semangat. Sedangkan pada bagian bawah berbentuk seperti mulut yang membuka seakan-akan sedang berteriak. Valvisu Mambesak sendiri berasal dari bahasa biak yang mengandung arti harapan dari mambesak. Mambesak sendiri adalah salah satu kelompok musik rakyat dari papua yang eksis di tahun 70-an. Kelompok musik Mambesak merupakan kelompok musik yang memperjuangkan serta mngangkat potensi daerah yang ada di Papua. “Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Papua memiliki suku dan bahasa yang berbeda-beda. Untuk mempersatukan semua itu, Mambesak hadir dengan mengangkat lagu-lagu rakyat dari setiap daerah guna mensejajarkan berbagai macam suku yang ada di Papua beserta potensinya”, ujar Alberto Wanma selaku salah satu perupa muda Papua.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 1.mpg_000274320

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 1.mpg_000298520

                Setiap seni yang dibuat pasti memiliki arti dan makna yang terkandung didalamnya. Selain dapat dinikmati keindahan dan kegunaanya, karya seni juga diciptakan untuk menyampaikan suatu pesan atau maksud. Dengan adanya hal tersebut, seorang seniman harus mensinkronkan antara bentuk visual dari seni yang akan mereka buat dengan pesan yang terkandung dalam karya seni yang mereka ciptakan agar pesan yang terkandung di dalamnya pun dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat umum yang melihatnya. Seperti halnya dengan 2 buah karya seni lukis hasil garapan Ignasius Dicky Takndare yang diberi judul Dom #2 dan Dom #4 ini. Karya seni lukis Dom #2 menggambarkan wajah dengan sebelah mata yang tertutup dengan latar hitam serta terdapat beberapa tali yang melingkar di kepalanya. Karya ini mengandung makna penderitaan seseorang yang hanya dipandang sebelah mata. Sedangkan untuk karya seni Dom #4 memiliki makna sebuah penyiksaan yang mana pada karya lukis ini menggambarkan mata yang dibuka dengan paksa menggunakan tali yang ditarik.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000049280

Karya Seni Lukis Dom #2

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000075680

Karya Seni Lukis Dom #4

                Selain beberapa karya seni diatas, masih ada beberapa karya seni yang tak kalah menarik dan patut untuk diacungi jempol. Diantara karya seni tersebut ialah karya seni hasil kolaborasi dari Albertho Wanma dan Ignasius Dicky Takndare yang diberi judul Remahili. Karya seni ini divisualisasikan dalam bentuk replika yang ditempatkan di sebuah ruangan dengan nuansa seram. Pada bagian tengah ruangan terdapat mayat yang ditutupi dengan kain putih dan di tempatkan di atas tumpukan emas batangan. Selain itu, untuk menambahkan nuansa seram, kedua perupa muda ini menambahkan tulisan dengan tinta merah pada tembok serta patung yang memberikan kesan duka.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000109440

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000115200

                Satu lagi karya seni ciptaan Ignasius Dicky Takndare yang turut ditampilkan dalam pameran kali ini. Karya tersebut diberi judul sebelum terlambat serta menggambarkan kehidupan masyarakat Papua yang sangat keras. Karya ini divisualisasikan dengan tujuh buah botol minuman kras yang diberikan sentuhan artistik di dalamnya sehingga menarik untuk dilihat. Ke tujuh botol ini menggambarkan individu yang memiliki perbedaan masing-masing.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000288160

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000291120

                Karya unik lainnya yang ditampilkan dalam pameran kali ini ialah sajian karya yang diberi judul  Rum Mamun yang brarti penjara atau rumah yang justru bukan melindungi tetapi berpotensi untuk membinasakan.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000146680

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 2.mpg_000152400

               Karya lain yang tak kalah apik dan menarik adalah karya seni ciptaan Alberto Wanma dengan judul Koboro-Koboro Yae yang dalam bahasa Indonsia mengandung arti kebingungan. Dalam karya ini, menyuguhkan tiga bentuk manusia yang berada dalam satu karya. Bagian atas karya ini berbentuk wajah wanita yang menggunakan mahkota, dibawanya terdapat patung laki-laki yang sedang duduk, dan di urutan paling bawah terdapat patung seseorang yang sedang berdiri dan memegang dua buah kayu. Yang mnambah keunikan dari karya ini ialah kayu yang dipegang oleh patung yang paling bawah ini dapat bergerak seakan-akan patung tersebut bekerja keras dengan memikul beban yang sangat berat. Karya seni ini di buat dengan menggunakan kayu dan fiber dengan tinggi sekitar 3 meter.

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 3.mpg_000032640

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 3.mpg_000039680

KONTEMPORER 7 NOVEMBER 2016_SEG 3.mpg_000047520

                Berkarya dalam hal seni merupakan suatu kegiata yang tak aka nada habisnya. Jika kreatifitas dan inovasi selalu digali maka tak menutup kemungkinan bahwa setiap orang pun dapat melahirkan suatu karya seni yang memiliki nilai estetik yang berbeda-beda. Diperlukan suatu kepedulian bersama serta penanam mindset bahwa melalui seni, kita dapat mengekspresikan rasa yang terpendam dalam benak kita masing-masing.

Share this with friends