Style Sampler

Layout Style

Patterns for Boxed Mode

Backgrounds for Boxed Mode

Jogja Street Sculpture Project 2017

Jan

01

Sleman, JOGJA TV|  Untuk mengubah kesan kota yang cenderung kaku dan tidak ramah Dinas kebudayaan DIY bekerjasama dengan Asosiasi Pematung Indonesia (API) akan menyelenggarakan Jogja Street Sculpture Project 2017 (JSSP) dengan mengangkat tema “JogjaTopia”pada Oktober mendatang. Kotabaru dipilih sebagai tempat penyelenggaraan event. Nantinya di seluruh kawasan Kotabaru akan dihiasi patung-patung kreatif hasil karya para pematung baik dari Indonesia maupun luar negeri.

Seniman patung yang juga merupakan ketua JSSP, Hedi Hariyanto mengatakan project ini akan melibatkan 52 seniman patung. Masing-masing seniman membuat satu karya. Uniknya, patung-patung yang akan menghias kawasan Kotabaru itu merupakan patung-patung kreatif yang mampu mencairkan suasana kota agar menjadi lebih humanis. Penonton pun bisa berinteraksi dengan patung-patung tersebut.

CJ JogjaStreetSculpture, 28 Agustus 2017.mpg_001685464

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono menyambut baik gagasan  para seniman tersebut. Patung-patung yang akan menghias seluruh ruas jalan di kawasan Kotabaru itu tentu akan menciptakan nuansa berbeda. “Nuansa kota akan terkesan lebih cair dengan hadirnya sentuhan seni sehingga pada akhirnya akan menggiring kota ke arah humanisasi,” ungkapnya.

CJ JogjaStreetSculpture, 28 Agustus 2017.mpg_001411312

Greg Wuryanto, kurator JSSPmenjelaskan tema Jogjatopia merupakan akronim dari dua kata, yaitu Jogja dan utopia. Jogja adalah realitas tempat tinggal sedangkan utopia adalah sebuah gagasan tentang masyarakat atau situasi yang diimpikan. jogjaTopia akan mempertemukan antara ketegangan realita yang dalam hal ini event JSSP dan gagasan ideal tentang sesuatu. “Ini akan menjadi sangat unik sekali,” kata Greg.

CJ JogjaStreetSculpture, 28 Agustus 2017.mpg_002190041

Patung-patung yang dihadirkan oleh para seniman itu akan menghidupkan ruang kota selama dua bulan. Kota akan menjadi semacam galeri hidup. Ini tantangannya sangat berat karena menghadirkan karya seni  di tengah ruang publik tentu akan berisiko sebab tidak semua orang paham tentang seni sehingga bisa saja ada orang iseng yang merusaknya. Namun kecemasan itu bisa ditepis. Berdasarkan pengalaman pada penyelenggaraan JSSP dua  tahun lalu ternyata semua patung yang ditaruh di ruang publik semuanya masih utuh sampai akhir penyelenggaraan acara. Menurut Greg, hal ini menjadi indikator bahwa masyarakat Yogyakarta dan pengunjung yang datang sudah bermartabat setara dengan kota-kota lain yang luar biasa. Mereka sudah mampu mengapresiasi sebuah karya di ruang publik.

Sedangkan dipilihnya kawasan Kotabaru sebagai tempat penyelenggaraan JSSP adalah dimaksudkan untuk mengurai kepadatan di Malioboro. Hal ini adalah upaya untuk menemukan kembali ruang-ruang publik baru di Kota Yogyakarta.

Patung-patung yang dihadirkan di Kotabaru itu nantinya diharapkan akan menjadi titik-titik kebahagiaan baru. “Kita berharap warga kota ini bahagia, bisa tersenyum dan bisa mengenang suasana kota Yogyakarta,” papar Greg. Dalam konteks ini JSSP membantu meningkatkan indeks kebahagiaan. Di situ masyarakat bisa menikmati ruang kota yang nyaman sehingga mereka bisa berinteraksi dan bisa tersenyum.

Masyarakat maupun pengunjung yang datang ke Kotabaru dipersilahkan untuk berfoto dengan patung-patung hasil karya para seniman tersebut. Tetapi dilarang melakukan vandalisme ataupun memindahkan karya seni tersebut. (Rum) Sumber: Citra Jogja 28/08/17).

 

 

Share this with friends