Style Sampler

Layout Style

Patterns for Boxed Mode

Backgrounds for Boxed Mode

Jogja Kota Republik

Feb

18

Sleman, JOGJA TV| Yogyakarta banyak dikenal orang sebagai Kota Budaya. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Yogyakarta sesungguhnya pernah menjadi ibukota Republik Indonesia atau  sebagai Kota Republik. Tujuh puluh satu tahun silam, tepatnya tanggal 04 Januari 1946 ibukota Republik Indonesia (RI) pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Hal ini dikarenakan situasi Jakarta yang tidak aman akibat kedatangan kembali tentara Belanda ke Indonesia. Melihat situasi tidak aman tersebut akhirnya Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Pakualam VIII menawarkan kepada Presiden Soekarno untuk memindahkan ibukota RI ke Yogyakarta. Tema sejarah ini diangkat dalam Citra Jogja, senin (13/02/17) di Studio Jogja TV.

Jogja Kota Republik.mpeg_000170720

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. Umar Priyono, M.Pd menjelaskan Yogyakarta sebagai ibukota RI berlangsung selama hampir empat tahun, yaitu mulai 04 Januari 1946 – 27 Desember 1949. Perpindahan ini pun dilakukan secara rahasia mengingat kondisi ibukota Jakarta yang waktu itu tidak aman. Saat tiba di Yogyakarta Presiden dan wakil presiden serta para menteri tinggal selama tujuh pekan di kompleks Pakualaman. Hal ini dilakukan karena menunggu proses perbaikan istana negara Gedung Agung yang saat itu rusak sepeninggal Jepang.

Jogja Kota Republik.mpeg_000179700

Pindahnya ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta  adalah atas inisiatif Sri Sultan HB IX. Secara historis Kasultanan Yogyakarta sudah ada sejak 1755 sehingga kondisi politik, ekonomi dan sosial sudah terhitung lebih mapan bila dibandingkan dengan umur Republik Indonesia yang baru merdeka pada 17 Agustus 1945. Saat itu, dari sekian ratus kerajaan yang ada di Nusantara Yogyakarta adalah satu-satunya kerajaan yang menawarkan sebagai ibukota RI. Dalam proses perpindahan ibukota ini pun semua biaya ditanggung oleh Sultan.  Inilah yang menjadi penanda bahwa Yogyakarta sangat mendukung penuh terhadap keutuhan NKRI. Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Pakualam VIII sesungguhnya adalah raja yang republiken. Ada tiga hal yang sangat dipegang teguh oleh rakyat Yogyakarta, yaitu keutuhan NKRI, bendera Merah Putih dan Bhineka Tunggal Ika.

Menurut Umar Priyono tiga hal tersebut saat ini harus dibangkitkan kembali mengingat kondisi bangsa yang saat ini mulai terkotak-kotak oleh berbagai kepentingan politik. Masyarakat perlu mengingat kembali sejarah bahwa peran Yogyakarta pada masa lampau sangat mendukung terhadap keutuhan NKRI. Nilai-nilai perjuangan Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Pakualam VIII serta masyarakat Yogyakarta pada masa perjuangan diharapkan mampu menjadi penyemangat bagi generasi muda untuk bisa berkontribusi secara nyata terhadap keutuhan Indonesia.(Rum) Sumber: Citra Jogja, Senin, 13-02-17)

 

Share this with friends