Waspada Aliran Radikal di Lereng Sumbing
Magelang, www.jogjatv.tv – Setelah tewasnya gembong teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, dalam Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, kyai kampung dan perangkat desa terus melakukan pendekatan kepada keluarga Santoso yang bermukim di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan dorongan mental kepada Ahmad Basri, yang tidak lain merupakan adik sepupu Santoso, agar tidak terpengaruh ajaran radikal seperti kakak sepupunya.
Selain mendekati keluarga Santoso, para kyai kampung yang kerap memberikan ceramah di kawasan Gunung Sumbing juga mulai menggencarkan sosialisasi untuk memberikan pemahaman agama yang baik, dan meminta warga masyarakat tetap patuh pada pemerintah dan hukum. Seperti di pesantren Assholihat di Desa Sampang, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, yang tidak jauh dari tempat keluarga Santoso tinggal. Usai memberikan kajian kitab, ustadz dan ustadzah yang mengajar, selalu memberikan ajaran sosial. Hal tersebut sebagai benteng diri para santri dan santriwati agar setelah keluar dari pesantren, tidak terpengaruh dengan serangan ajaran radikal.
Pasca tewasnya Santoso, kawasan lereng Gunung Sumbing belakangan menjadi sorotan. Hal tersebut tidak lain karena sebelum melakukan program transmigrasi, bapak dan ibu Santoso lahir dan dibesarkan di lereng Pegunungan Sumbing, tepatnya Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Meski demikian, tewasnya Santoso tidak berdampak sosial bagi keluarga, pasalnya setiap hari, keluarga Santoso di lereng Sumbing, dikenal memiliki pribadi yang sederhana, serta senang gotong royong bersama warga masyarakat sekitar. ( Yuki Pramudya )
Likes