Upaya Pelestarian Batik Sejak Dini
Sleman, JOGJA TV| Semenjak Yogyakarta ditetapkan sebagai kota batik dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok pada Okber 2014 maka Pemerintah DIY beserta masyarakat berupaya penuh untuk mempertahankan predikat tersebut agar tidak dicabut oleh Dewan Kerajinan Dunia. Untuk mempertahankan Yogyakarta sebagai kota batik dunia salah satunya dilakukan dengan mengenalkan batik tulis pada anak-anak usia dini. Kegiatan ini dilakukan oleh Sekolah Dasar Budi Mulia 2 Panjen dan dikemas dalam program fieldtrip di Galeri Monera Studio Batik Tulis.
Sekolah-sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta memasukkan kegiatan membatik sebagai mata pelajaran muatan lokal. Hal ini untuk mengenalkan batik kepada generasi muda sejak usia dini apalagi Yogyakarta menyandang predikat sebagai kota batik dunia. Dengan mengenalkan batik pada generasi penerus maka kebudayaan batik akan tetap lestari sampai kapan pun sehingga predikat Yogyakarta sebagai kota batik dunia tidak akan dicabut.
Para siswa SD Budi Mulia 2 Panjen yang mengikuti kegiatan fieldtrip di Studio Batik tulis Monera adalah siswa kelas V. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun. Selain diajak fieldtrip para siswa juga diberikan materi membatik di dalam kelas sehingga program fieldtrip ini sekaligus sebagai praktek dari teori yang telah didapatkan oleh para siswa.
Para siswa terlihat antusias mengikuti program fieldtrip membatik di Studio Monera. Mereka belajar langsung mengenai proses membatik mulai dari tahap awal sampai akhir. Diawali dengan membuat pola pada kain putih. Para siswa membuat tokoh wayang punakawan sesuai gambar yang telah disiapkan oleh pelatih.
Para siswa yang telah selesai membuat pola gambar lalu menuju ke tempat pencantingan untuk menggoreskan malam ke atas lembar kain putih yang sudah dipola tersebut. Dalam proses mencanting ini mereka terlihat sangat hati-hati agar tidak terkena tetesan malam yang panas. Meski sudah hati-hati namun masih saja ada siswa yang terkena tetesan malam panas.
Walaupun ada yang terkena tetesan malam tetapi siswa lainnya tetap terlihat semangat belajar membatik. Mereka tidak patah semangat untuk terus belajar menghasilkan karya batik tulis yang bagus. Salah satu siswa Hassan Saibani mengaku senang bisa belajar membatik. “Di sini seru banget belajar caranya nyanting, saya seneng”, kata Hassan Saibani. Dirinya juga mengaku bahwa membatik tidak terlalu susah karena semua tergantung dari kemauan. “Tergantung kemauan kita, kalau kemauan kita tinggi, itu gampang,” ungkapnya.
Tahap berikut setelah belajar mencanting, mereka kemudian melakukan proses pewarnaan. Dalam pewarnaan ini pelatih menentukan satu warna saja agar para siswa tidak kesulitan.
Tahap terakhir adalah proses pelorodan. Kain yang telah dicanting dan diwarnai kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih untuk menghilangkan malam yang menempel. Setelah itu kain kemudian dijemur atau diangin-anginkan.
Tahapan demi tahapan membatik telah dilakukan para siswa. Menurut Ketua Fieldtrip, Sugiyatno, karya original yang telah dibuat para siswa tersebut selanjutnya akan dipigura dan dipajang sebagai kenang-kenangan.
Kegiatan fieldtrip membatik di Studio Monera yang beralamat di Dusun Banturejo, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman menjadi pengalaman menarik bagi para siswa SD Budi Mulia 2 Panjen. Kegiatan ini merupakan wujud regenerasi tradisi pada generasi penerus. Bagaimanapun batik tidak bisa dilepaskan dari Yogyakarta karena batik Yogyakarta lengkap baik dari sisi sejarah, seni maupun ekonomi. (Rum) Sumber: Amazing Batik, kamis 07/12/17).
1 Likes