Sleman, www.jogjatv.tv – Pilkada serentak tahun 2015 boleh dibilang istimewa karena digelar bertepatan dengan peringatan Hari Anti Korupsi Internasional – yang diperingati setiap tanggal 9 Desember. Hal ini memberi banyak harapan agar pilkada kali ini merupakan momentum membersihkan negeri ini dari praktik-praktik korupsi. Pasalnya, tak jarang kepala daerah terjerat kasus korupsi. Pertanyaannya, apakah pilkada dapat menjadi langkah menciptakan pemimpin yang bersih?.

Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM, Fariz Fachryan, menyatakan masih ada pemikiran para calon kepala daerah mengambil langkah pragmatis dengan mengedepankan praktik politik uang. Faktanya, di lapangan masih ada yang memainkan beragam politik uang, baik melalui serangan fajar, transaksi bilik suara, dan dengan kedok menunggang berbagai kegiatan sosial dengan bantuan-bantuan yang diberikan. Hal seperti inilah yang menjadi pekerjan rumah besar bagi aparat penegak hukum maupun penyelenggara pilkada untuk mengawasi proses pilkada secara bijak.

Pukat UGM juga menilai, momentum pilkada yang bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Internasional , diharapkan menjadi momentum memilih pemimpin yang punya visi dan misi dalam pemberantasan korupsi. Agar tidak ada lagi kebijakan transaksional yang dilakukan kepala daerah terpilih untuk memperkaya diri atau kelompoknya, demi menciptakan pemerintah daerah yang bersih dan profesional.

Korupsi seolah menjadi penyakit kronis di Indonesia. Karenanya pemilihan kepala daerah yang bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Internasional ini, menjadi harapan baru dalam pemberantasan tindak korupsi, yang bisa dimulai dengan pilkada tanpa politik uang.

(Twin Kumilah)