Pembersihan Rupang di Klenteng Fuk Ling Miau
Yogyakarta, JOGJA TV| Perayaan tahun baru Imlek selau disambut suka cita oleh warga Tionghoa yang tersebar di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali pula Masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Yogyakarta. Untuk menyambut datangnya Imlek tahun 2569 atau tahun anjing tanah yang bertepatan di tanggal 16 februari 2018 warga Tionghoa tampak mulai melakukan persiapan. Salah satunya adalah dengan melakukan tradisi pembersihan rupang atau patung dewa dewi yang ada di Klenteng Fuk Ling Miau atau biasa disebut Klenteng Gondomanan Yogyakarta. Pembesihan rupang merupakan rangkaian upacara yang harus dilaksanakan sebelum tahun baru Imlek. Waktu pelaksanaannya adalah satu minggu sebelum perayaan Sintjia atau tahun baru Imlek.
Imlek berasal dari dialek Hokkian yang artinya penanggalan berdasarkan penghitungan bulan. Dengan demikian tahun baru Imlek adalah tahun baru Cina yang penghitungannya menurut bulan. Datangnya tahun baru Imlek menjadi moment yang dinanti-nanti oleh warga Tionghoa yang ada di negeri Tiongkok maupun yang tersebar di berbagai belahan dunia. Mereka bersuka cita dengan mengadakan berbagai rangkaian upacara. Salah satunya yaitu tradisi pembersihan rupang di Klenteng.
Di Klenteng Fuk Ling Miau atau Klenteng Gondomanan Yogyakarta warga Tionghoa sudah terlihat berdatangan ke Klenteng sejak pagi hari. Kedatangan mereka ke Klenteng Gondomanan tak lain dan tak bukan adalah untuk mengikuti tradisi pembersihan rupang dewa dewi. Tak hanya patung dewa dewi yang dibersihkan namun sejumlah altar, tempat lilin, wadah abu dupa dan genta juga dibersihkan. Mereka melakukan tradisi pembersihan rupang ini satu minggu sebelum perayaan Imlek. Sementara itu, sehari sebelum membersihkan rupang warga Tionghoa melakukan sembahyang.
Pembersihan rupang dewa dewi dilakukan setahun sekali tepatnya ketika para dewa dewi itu tengah naik ke kahyangan untuk menemui Tuhan guna melaporkan amal perbuatan manusia di dunia selama setahun terakhir. Konsep pemikiran seperti ini diyakini oleh warga Tionghoa. Inilah sebabnya sebelum perayaan Imlek tiba patung dewa dewi harus sudah dalam keadaan bersih. “Mumpung tadi malam dewa dewinya sudah naik ke atas. Jadi ini mumpung lagi kosong tidak ada dewa dewinya terus kita bersihkan semua” kata warga Tionghoa, Bing Mee.
Para umat Klenteng bergotong royong membersihkan rupang. Di Klenteng Fuk Ling Miau ini terdapat 15 tempat bersemayamnya rupang dewa dewi. Untuk itu, saat pembersihan rupang dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai keliru saat menempatkannya kembali.
Satu per satu patung dewa dewi itu diturunkan. Pembersihan rupang dilakukan dengan menggunakan sikat kecil atau kuas. Setelah rupang dibersihkan dari debu kemudian dicuci dengan sabun lalu dibilas memakai air bunga mawar dan air cendana. Air cendana selalu dihadirkan untuk pembersihan rupang karena baunya yang harum. Bahkan konon ceritanya Dewi Kwan im juga sangat menyukai bau harum cendarana. “Dewi Kwan im paling seneng harumnya cendana”, kata Bing Mee.
Pembersihan rupang dilakukan setiap kali menjelang imlek. Hal ini melambangkan bahwa pikiran manusia juga harus dibersihkan, baik ucapan maupun tindakannya harus bersih. Biasanya umat Klenteng saat jelang imlak juga melakukan pantang daging atau menjalankan vegetarian agar pikiran dan hatinya menjadi bersih. Pembersihan rupang merupakan simbol dari pembersihan batin manusia sehingga ketika memasuki tahun baru imlek warga Tionghoa bisa mendapatkan berkah dan peruntungan di tahun mendatang.
Setelah membersihkan rupang yang dilakukan seminggu sebelum imlek berikutnya adalah melakukan sembahyang pada malam imlek. Sembahyang pada malam imlek ini dapat dilakukan di klenteng maupun di rumah masing-masing. Sembahyang ditujukan untuk para leluhur mereka sebagai wujud bakti. Selain itu, sembahyang juga di lakukan di Klenteng untuk memohon kepada Tuhan agar diberikan kehidupan dan rejeki yang lebih baik.
Perayaan imlek semakin meriah ketika keluarga dan sanak famili berkumpul untuk berbagi kebahagiaan dengan makan bersama. Anak cucu mendatangi orangtua dan biasanya orangtua memberikan angpao kepada anak cucu yang belum menikah. Tak lupa juga dalam perayaan imlek warga Tionghoa memberikan sedekah untuk disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, seperti panti jompo maupun panti asuhan.
Perayaan imlek menjadi moment yang penuh berkah dan harapan. Harapannya imlek di tahun anjing tanah ini akan membawa berkah bagi seluruh bangsa Indonesia. “Harapannya semua diberkahi, sehat, sejahtera, bahagia semuanya. Para umat di Indonesia diberi kesehatan dan diberkahi rejeki,” kata Ketua Klenteng Fuk Ling Miau, Angling Wijaya. (Rum) Sumber: Adiluhung, Selasa 06/03/2018)
Likes