Share this with friends
Nov
02
Kulonprogo, JOGJA TV| Yogyakarta ditetapkan sebagai kota batik dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council) pada 18 Oktober 2014 lalu. Predikat tersebut berhasil diraih karena kota Yogyakarta memiliki tujuh kriteria, yaitu nilai sejarah, orisinil, upaya pelestarian dengan regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, memiliki reputasi internasional, dan memiliki komitmen yang berkesinambungan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan predikat dunia tersebut adalah diselenggarakannya Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 dengan mengangkat tema Innovation for Sustainable Future (Inovasi untuk Masa Depan Berkelanjutan). Gebyar Batik Kulon Progo menjadi salah satu rangkaian acara JIBB 2018 yang digelar pada 7 – 9 September 2018 di Alun-alun Wates, Kulon Progo.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Dekranasda DIY, dan Pemkab Kulon Progo. GKBRAY Adipati Paku Alam ke-X selaku Wakil Ketua Dekranasda DIY didampingi Wakil Bupati Kulon Progo dan Kepala Disperindag DIY secara resmi membuka acara tersebut. Penyelenggaraan gebyar batik sebagai rangkaian JIBB 2018 merupakan konsekuensi Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai kota batik dunia. Batik DIY diharapkan bisa lestari sehingga bisa mempertahankan predikat Yogyakarta sebagai kota batik dunia.
Jogja International Batik Biennale diselenggarakan setiap dua tahun sekali. GKBRAY Adipati Paku Alam X selaku Wakil Ketua Dekranasda DIY menyatakan bahwa maksud diselenggarakannya gebyar batik di empat Kabupaten dan satu Kota adalah untuk mengevaluasi perkembangan batik di masing-masing wilayah sehingga menjadi referensi untuk Dewan Kerajinan Dunia dalam mengevaluasi Jogja World Batik City sehingga dapat dilihat dampak predikat kota batik dunia dari tahun ke tahun terhadap dunia perbatikan di Yogyakarta dan Indonesia pada umunya.
Batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO dan Yogayakarta ditetapkan menjadi kota batik dunia oleh World Craft Council (WCC). Batik juga merupakan kain yang bisa berdoa, tutur Kepala Disperindag DIY, Drs. Tri Saktiyana M.Si.
Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo juga menambahkan bahwa batik menjadi kekuatan budaya dan ekonomi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kulon Progo sehingga meningkatan produksi dan sekaligus penjualan yang dapat mendorong berkembanganya sektor industri batik kecil dan menengah di kabupaten-kabupaten kota di DIY, khususnya di Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu, para perajin diharapkan untuk terus berkreasi, berkarya, dan mengembangkan usahanya hingga menembus pasar global.
Gebyar Batik Kulon Progo 2018 menghadirkan berbagai acara meliputi bazar dan pameran batik IKM batik di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Daerah Istimewa Yogyakarta, fashion show, workshop “Ayo Membatik”, dan talk show interaktif seputar batik.
Fashion show finalis lomba desain busana batik Kulon Progo menampilkan sepuluh busana karya para perajin dan desainer dari Kulon Progo. Busana-busana yang ditampilkan dalam fashion show ini adalah ragam hias batik khas Kulon Progo, yaitu geblek renteng. Motif-motif tersebut terlukis apik dalam lembaran-lembaran kain yang telah diolah menjadi karya busana.
Workshop “Ayo Membatik” merupakan salah satu kegiatan yang digelar pada acara Gebyar Batik Kulon Progo 2018. Kegiatan tersebut diikuti oleh masyarakat umum, asosiasi batik, IKM batik, dan siswa sekolah. Workshop “Ayo Membatik” bertujuan memperkenalkan dan memberikan edukasi tentang proses membatik kepada masyarakat umum maupun siswa sekolah.
Peserta workshop dilatih tahapan-tahapan membatik, diantaranya menggambar motif batik, membatik dengan canting berisi malam cair, pewarnaan, dan pelorodan. Dalam kegiatan tersebut, siswa membuat motif yang sederhana pada selembar kain putih seukuran sapu tangan. Para siswa yang sudah selesai membuat pola gambar, kemudian mereka membatik dengan menggunakan canting berisi malam (lilin cair). Anak-anak mulai menorehkan canting berisi malam (lilin cair) dengan telaten. Setelah proses membatik selesai, kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Proses terakhir yang harus dilakukan dalam tahap membatik adalah proses pelorodan. Kain-kain yang sudah diwarnai selanjutnya dilorot untuk menghilangkan malam pada kain. Dalam proses ini, kain yang sudah diwarnai dimasukkan ke dalam air mendidih.
Bazar dan pameran batik yang digelar dalam event Gebyar Batik Kulon Progo 2018 menampilkan batik-batik karya para perajin batik di Kulon Progo dan DIY. Masing-masing stand menampilkan batik, baik batik tulis, batik cap, maupun batik kombinasi tulis dan cap. Selain menampilkan motif tradisional, motif batik yang ditampilkan sesuai dengan ciri khas masing-masing kabupaten kota di DIY. Seperti halnya Kabupaten Kulon Progo yang memiliki motif batik geblek renteng. Warna kain batik yang ditampilkan pun lebih banyak menggunakan pewarnaan alam yang ramah lingkungan, yang merupakan salah satu dari tujuh kriteria yang ditetapkan World Craft Council (WCC) sebagai dasar penetapan predikat Yogyakarta sebagai kota batik dunia.(Tim Jogja TV) Sumber: Amazing Batik, kamis 25/10/2018)