Bersih Desa Kepek Wujud Guyub Rukun Warga
Gunungkidul, JOGJA TV| Warga Desa Kepek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul berkomitmen untuk terus melestarikan upacara adat bersih desa atau rasulan yang merupakan warisan dari para pendahulu desa setempat. Bersih desa tersebut digelar sebagai wujud rasa syukur warga atas limpahan rahmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, juga merupakan wujud pengharapan agar warga Desa Kepek senantiasa diberikan kesejahteraan dan ketentraman.
Dalam merayakan bersih desa warga tampak antusias mengikuti acara tersebut. Sejak pagi hari mereka sudah berkumpul di Balai Desa Kepek dengan memakai busana adat Jawa. Suasana kebersamaan dan kemeriahan sangat terlihat dalam upacara adat yang digelar rutin tiap tahun tersebut. Menurut Kepala Desa Kepek, Bambang Setiawan, pelaksanaan bersih desa digelar antara bulan Agustus hingga September, tepatnya di hari sabtu pahing. Pemilihan hari sabtu pahing ini sudah menjadi keputusan para pendahulu di desa tersebut. Hal itu karena ada kaitannya dengan penobatan lurah desa Kepek yang pertama, yaitu pada hari sabtu pahing. Sehingga penentuan hari sabtu pahing untuk perayaan bersih desa tetap dilestarikan warga sampai sekarang.
Sebagai wujud rasa syukur warga karena hasil panen yang melimpah mereka kemudian mengungkapkan rasa syukur itu melalui symbol gunungan hasil bumi. Gunungan yang dirangkai dari sayuran dan aneka buah-buahan serta gunungan yang tersebut dari makanan itu tampak rapi disusun oleh warga. Sebanyak 10 dusun yang terdiri dari 62 RT yang ada di Desa Kepek, Wonosari masing-masing menyiapkan gunungan hasil bumi. Dusun-dusun tersebut adalah Trimulyo Satu, Trimulyo Dua, Sumbermulyo, Bangsari, Tegalmulyo, Kranon, Ledoksari, Jeruk, Kepek Satu dan Kepek Dua. Bergabungnya 10 dusun untuk menggelar bersih desa ini sudah menjadi kesepatan warga sejak awal. Selain terlihat guyub dengan bergabung menjadi satu ternyata biayanya juga lebih hemat karena dipikul bersama-sama.
Selain menyiapkan gunungan dalam bersih desa tersebut juga dilakukan prosesi nyebar udhik-udhik. Prosesi ini tidak dimaksudkan untuk menyamai apa yang dilakukan di Kraton namun nyebar udhik-udhik dimaksudkan sebagai wujud swadaya masyarakat. “Perlu kita luruskan bahwa udhik-udhik itu bukan kita melakukan seperti yang ada di kerajaan tapi kita menggunakan udhik-udhik itu bagian dari sebuah filosofi, udhik-udhik bentuknya adalah swadaya”, kata Kepala Desa Kepek, Bambang Setiawan.
Setelah menyebar udhik-udhik warga kemudian melakukan kenduri yang dipimpin oleh ulama setempat. Prosesi kenduri sebagai ungkapan rasa syukur warga. Selain itu, juga ditujukan untuk memanjatkan doa agar warga Kepek senantiasa mendapatkan ketentraman dan kemakmuran. Tak lupa juga mereka mendoakan arwah para leluhur yang dahulu telah berjasa membangun Desa Kepek.
Disamping menyiapkan gunungan warga juga menyiapkan makanan berupa nasi gurih, ingkung ayam, dan jajan pasar. Nasi ini dibagikan kepada seluruh warga yang hadir mengikuti acara bersih desa yakni sebagai bentuk sodaqoh warga secara bersama-sama.
Uniknya, nasi tersebut tidak dimasukkan dalam kemasan kantong plastic atau sejenisnya tapi menggunakan wadah bernama sarangan yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Dengan menggunakan sarangan terlihat ada upaya warga untuk kembali ke alam. Selain bersih dan menyehatkan dengan menggunakan sarangan juga mendorong warga untuk menumbuhkan kreasi karena ada unsur seni di dalam membuat sarangan.
Prosesi selanjutnya adalah perebutan gunungan. Moment ini selalu dinantikan oleh warga dalam setiap penyelenggaraan bersih desa. Melalui rebutan gunungan terdapat symbol doa didalamnya yakni sebagai wujud ngalab berkah agar warga mendapatkan kemakmuran, kesehatan dan keselamatan. Warga tampak riuh dalam suasana rebutan gunungan tersebut.
Kemeriahan warga semakin lengkap dengan hadirnya suguhan kesenian berupa kesenian reog. Hiburan tradisional ini mampu menyedot perhatian warga. Tampilan kesenian reog merupakan potensi yang dimiliki warga Desa Kepek. Selain reog juga ditampilkan kesenian lainnya antaralain kethoprak, karawitan dan wayang kulit. Menurut Bambang Setiawan para pemain yang ambil bagian dalam pertunjukkan kesenian itu adalah warga desa Kepek. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan ruang kepada para seniman setempat agar bisa tampil dikenal masyarakat.
Upacara bersih desa patut untuk terus dilestarikan karena upacara adat semacam ini bisa dijadikan media untuk merekatkan kebersamaan warga yang pada akhirnya akan dapat menumbuhkan semangat cinta tanah air. (Rum) Sumber: Adiluhung, selasa 15/08/17)
Likes