Batik Natural Hadirkan Warna Alam
Klaten, JOGJA TV| Sentra batik tak hanya ada di Yogyakarta dan Surakarta. Namun sentra batik menyebar di berbagai daerah di Pulau Jawa. Di wilayah Klaten salah satunya. Kota kecil yang diapit oleh Yogyakarta dan Surakarta ini ternyata juga terkenal sebagai sentra industri batik. industri batik rumahan terutama banyak ditemui di Kecamatan Bayat. Batik Natural merupakan salah satu industri batik rumahan yang ada di kecamatan bayat. Berdiri sejak 2006 hingga kini Batik Natural terus berkembang.
Batik Natural terletak di Desa Kebonagung, Jarum, Bayat, Klaten. Pemilik Batik Natural, Sarwidi berkomitmen menjalankan usaha batik dengan konsep ramah lingkungan. Konsep ini diterapkan pada penggunaan warna alam dengan memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada di lingkungan sekitar. Selain aman bagi kesehatan kulit batik dengan menggunakan zat warna alam juga memiliki harga jual lebih tinggi.
Unsur alam yang biasa dimanfaatkan untuk zat pewarna meliputi tanaman, kulit buah, akar, buah dan daun. Bahan- bahan ini mudah didapat di lingkungan sekitar, seperti kulit pohon mahoni, sabut kelapa, kulit buah jalawe, akar mengkudu, tingi, teger dan lain-lain. Untuk proses pembuatannya pun juga mudah, di samping itu pewarna yang masih tersisa juga bisa dicampurkan dengan pewarna baru. Yang lebih penting lagi saat proses pencelupan tidak berbahaya bagi tangan para perajin batik. Di samping itu, limbah zat warna alam juga tidak mencemari lingkungan.
Meski zat warna alam mudah didapat di lingkungan sekitar namun untuk menggunakan zat warna alam membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Hal ini karena untuk proses pencelupan harus dilakukan berulang-ulang hingga mendapatkan warna yang optimal.
Meski demikian, hasilnya pun tidak secerah batik yang menggunakan zat warna sintetis. Batik dengan pewarna alam menghasilkan warna yang agak pudar, yakni warna-warna soft atau warna pastel. Justru warna seperti inilah yang saat ini lebih disukai konsumen dan harganya pun lebih mahal.
Usaha batik warna alam memiliki prospek cerah. Siapa pun bisa mencoba menjalankan bisnis ini meski tak memiliki keahlian membatik sebelumnya. Ini pula yang dilakukan oleh Sarwidi. Berkat keuletan dan kesabaran Sarwidi yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang becak kini sukses menjalankan usaha batik dengan label Batik Natural. Dengan modal sebesar Rp.950.000,- Sarwidi bertekad merintis usaha batik. Sebelum menjalankan usahanya Sarwidi telah mengikuti pelatihan membatik di Balai Batik Yogyakarta. Berbekal keterampilan yang ia peroleh dari ikut pelatihan membatik Sarwidi dan istrinya mulai merintis usaha batik. Hal ini membuktikan bahwa siapa pun bisa membatik meskipun bukan berasal dari kalangan keluarga pembatik.
Saat ini pun usaha Batik Natural yang dijalankan Sarwidi bersama istrinya memperkerjakan 20 orang karyawan. Selain itu, juga masih ada tenaga pembatik dari wilayah Bayat dan Gunungkidul yang mengerjakan batik di rumah masing-masing.
Usaha batik yang dirintis Sarwidi terus berkembang dan mampu menopang ekonomi keluarga. Bahkan mampu menyedikan lapangan pekerjaan bagi warga lain.
Likes