Bakdo kupat Pandeyan
Yogyakarta, JogjaTV| Kirab gunungan ketupat dan gunungan hasil bumi mewarnai prosesi Bakdo Kupat yang digelar warga Kampung Pandeyan, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Acara Bakdo kupat rutin digelar warga Pandeyan setiap tahun, tepatnya seminggu setelah perayaan hari raya idul fitri.
Perayaan bakdo kupat sesungguhnya meneladani dari apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Demak pada masa pemerintahan Kasultanan Demak. Di Kampung Pandeyan Yogyakarta Perayaan bakdo kupat dimaknai untuk memperingati perjuangan para wali dalam meneruskan dinasti Majapahit yang sampai di Bumi Mataram yakni Kasultanan Ngayogyakarta.
Kirab bakdo kupat diangkat menjadi event budaya dengan melibatkan semua element. Tidak hanya umat muslim saja yang ambil bagian dalam acara tersebut tetapi semua umat lintas agama juga ikut terlibat dalam perayaan ini. Event ini merupakan ekspresi kebersamaan warga Kampung Pandeyan dan sebagai wujud toleransi antar umat beragama di Kampung Pandeyan.
Prosesi bakdo kupat ditandai dengan arak-arakan dua gunungan, yakni gunungan kakung dan gunungan putri. Gunungan kakung terbuat dari ketupat yang jumlahnya mencapai sekitar 800 buah. Ketupat ini dibuat sendiri oleh warga Pandeyan. Setiap keluarga membuat 10 ketupat. Gunungan ketupat ini sebagai simbol manunggaling kawula lan Gusti. Dalam budaya Jawa kupat dimaknai sebagai lepat atau salah. Sehingga kupat kemudian diartikan ngaku lepat yakni kita mengakui telah banyak berbuat kesalahan.
Sedangkan gunungan putri terbuat dari hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan. Gunungan hasil bumi ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain mengarak gunungan, kirab yang mengelilingi kampung Pandeyan sejauh 3 KM itu juga dimeriahkan dengan penampilan seni barongsai, jathilan dan juga drumband.
Tak hanya itu, kirab juga melibatkan bregodo lombok abang, bregodo lombok ijo dan bregodo kalinyamat. Banyaknya element yang mendukung jalannya kirab menjadikan prosesi bakdo kupat terlihat lebih semarak.
Setelah diarak melewati jalan Pandeyan, Jalan Babaran dan Jalan Batikan, gunungan ketupat dan gunungan hasil bumi dibawa ke halaman Masjid Ibrahim yang terletak di Kampung Pandeyan. Warga pun berduyun-duyun masuk ke halaman masjid untuk melihat prosesi mendoakan gunungan kupat dan gunungan hasil bumi yang dipimpin oleh ulama setempat.
Setelah doa, prosesi dilanjutkan dengan kenduri bersama. Berikutnya, gunungan ketupat dan gunungan hasil bumi dibawa keluar halaman masjid untuk diperebutkan kepada seluruh warga yang hadir. Rebutan gunungan dimaknai sebagai wujud kebahagiaan warga Kampung Pandeyan karena telah melakukan perayaan bakdo kupat.
Upacara bakdo kupat Pandeyan mencerminkan rasa syukur warga yang telah kepada Tuhan karena diberi rejeki melimpah. Hadirnya gunungan ketupat dan gunungan hasil bumi juga merefleksikan bersatunya warga dan pemimpin.
Likes