Jogja Batik Parade
Sleman, JOGJA TV| PEMDA DIY melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY menyelenggarakan Jogja Batik Parade sebagai bagian dari kegiatan Festival Jogja Kota Batik Dunia 2017. Jogja Batik Parade digelar di sepanjang Jalan Malioboro beberapa waktu lalu. Event yang melibatkan puluhan desainer, produsen serta pengrajin batik di Yogyakarta ini menjadi tontonan menarik bagi warga maupun wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
Jogja Batik Parade menjadi salah satu cara guna mempertahankan eksistensi Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang telah ditetapkan oleh World Craft Council pada 2014 lalu. Dalam Jogja Batik Parade ini ditampilkan beragam karya batik mulai dari batik konvensional hingga rancangan modern. Puluhan desainer, produsen dan perajin batik ikut ambil bagian dalam parade tersebut.
Konten-konten yang dipertontonkan dalam Jogja Batik Parade menggambarkan sejarah perkembangan batik mulai dari jaman Panembahan Senopati yang menciptakan motif klasik parang hingga berkembang menjadi motif-motif modern yang dijumpai saat ini. “Di sini pengin menceritakan bahwa batik sebagai pusaka kemudian berkembang menjadi motif-motif yang modern,” kata Event Organizer, Setyo Harwanto.
Cerita sejarah batik mulai dari motif klasik hingga motif kontemporer tergambar jelas melalui beberapa kontingen yang menunjukkan kreasi mereka di sepanjang Jalan Malioboro.
Dalam parade tersebut masyarakat berkesempatan menyaksikan suguhan kesenian berupa tari ambatik yang dibawakan oleh Sinomulan Dancer. Tarian ini menggambarkan proses membatik mulai dari berupa kain putih hingga menjadi selembar kain batik nan cantik. Proses ini dilakukan oleh kaum perempuan.
Batik memang identik dengan perempuan sebagaimana yang digambarkan oleh tari ambatik tersebut. Keanggunan dan kelembutan perempuan menggambarkan sifat mengayomi yang dimiliki oleh seorang ibu. Melalui batik perempuan memberikan sandangan atau pakaian bagi suami dan anak-anaknya.
Selain dapat menyaksikan tari ambatik masyarakat juga dapat menyaksikan ibu-ibu yang sedang melakukan proses mencanting di sepanjang Jalan Malioboro. Ibu-ibu tersebut merupakan anggota dari kelompok batik tulis Giriloyo, Imogiri, Bantul.
Putra Pataka Batik menampilkan motif klasik parang yang menjadi motif pusaka di Yogyakarta. Batik parang menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus. Dalam arti sebagai upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan dan bentuk pertalian keluarga. Motif parang merupakan motif paling tua yang diciptakan oleh Raja Mataram I yaitu Panembahan Senopati.
Parade juga menghadirkan The Prince dan Princess Now dengan menghadirkan artis ibukota, Olga Lidya dan Rapper asal Yogyakarta, Jogja Hip Hop Foundation. Olga Lidya dan para personil Jogja Hip Hop Foundation diarak menggunakan mobil yang dimodifikasi sangat unik. Mereka mengenakan konstum batik. Olga Lidya tampil anggun mengenakan kain batik bagaikan seorang ratu cantik.
Jogja Batik Parade diikuti oleh beberapa UKM yang ada di Yogyakarta, diantaranya Sanggar Batik Jenggolo, batik Latoha, Batik Thuk, Batik Wongso dan Batik Gumregah.
Event Jogja Batik Parade juga dimaksudkan sebagai sarana untuk meningkatkan kerjasama antara perajin dengan komunitas desainer, peraga serta pelaku usaha. Di samping itu, juga sebagai upaya nyata dalam melestarikan dan mengembangkan citra batik sehingga mampu menciptakan aneka produk batik fashionable yang mampu bersaing di pasaran.
Sebagai penutup dari event Jogja Batik Parade adalah go to the moon dan kelompok batik fantasi. Parade ini menyatakan optimisme dan tekad untuk selalu mengembangkan batik.
Jogja Batik Parade memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perjalanan sejarah batik. Berawal dari batik klasik motif parang ciptaan Raja Mataram Islam I, Panembahan Senopati hingga berkembang menjadi batik kontemporer yang ada saat ini.
Berkembangnya motif batik menunjukkan bahwa budaya Jawa merupakan budaya yang maju karena mampu menerima perubahan sehingga batik tetap eksis sampai saat ini. Batik telah bertransformasi dari sebuah karya klasik menjadi karya kontemporer yang lebih berwarna. Baik motif klasik maupun kontemporer keduanya merupakan hasil karya seni yang layak mendapat apresiasi. Batik motif klasik harus tetap dipertahankan sedangkan motif kontemporer yang merupakan bagian dari kreatifitas perajin perlu didorong untuk terus berkembang. (Rum) Sumber: Amazing Batik 21/12/17)
Likes