Karnaval Budaya Selendang Sutra
Sleman, JOGJA TV| Yogyakarta menjadi ruang bernafas bagi masyarakat dari berbagai etnis yang ada di nusantara. Guna menciptakan kerukunan antar etnis serta untuk mewujudkan persatuan bangsa di bawah Bhineka Tunggal Ika, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DISBUD DIY) kembali menggelar Karnaval Budaya Selendang Sutra yang akan dilaksanakan pada 21 April 2017. Dengan mengangkat tema “Kebhinekaan Sebagai Modal Dasar Pembangunan” event tersebut akan menampilkan adat budaya dari berbagai etnis yang ada di nusantara. Peserta yang tampil sebanyak 20 kontingen terdiri dari prajurit Pura Pakualaman, IKPMD (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah), Desa Budaya yang ada di DIY, komunitas kesenian tradisional, komunitas yang peduli pada keberagaman serta komunitas yang memberi kontribusi kreatif pada masyarakat. Karnaval budaya tersebut akan mengambil rute dari Benteng Vredeburg menuju Alun-Alun Sewandanan Pura Pakualaman melalui jalan Senopati dan Sultan Agung.
Kabid Adat dan Seni Tradisi Dinas Kebudayaan DIY, Setiawan Sahli, S.E, M.M dalam dialog Citra Jogja, senin (17/04/17) di Studio Jogja TV mengatakan karnaval budaya Selendang Sutra bertujuan untuk mengurangi timbulnya gesekan antar etnis yang ada di Yogyakarta. Sebagaimana diketahui Yogyakarta menjadi tempat menimba ilmu bagi para pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Usia para pelajar dan mahasiswa ini adalah usia-usia yang rawan apalagi mereka jauh dari keluarga. Untuk itu, mereka perlu diarahkan pada kegiatan yang sifatnya positif salah satunya melalui kegiatan Selendang Sutra yakni Semarak Legenda Suku Nusantara.
Selendang Sutra rutin digelar setiap tahun dan dimulai sejak tahun 2007 silam. Untuk setiap penyelenggaraannya juga diadakan evaluasi demi majunya kegiatan tersebut. Pada tahun 2017 ini Selendang Sutra tidak hanya menampilkan para mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia tetapi juga melibatkan para mahasiswa asing yang belajar di Yogyakarta.
Kegiatan Selendang Sutra menjadi media bagi para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam IKPMDI untuk menjaga suasana Yogyakarta agar tetap kondusif. Kegiatan semacam ini diharapkan bisa mempercepat proses akulturasi budaya serta meminimalisir terjadinya konflik antar etnis.
Sebagai perwakilan dari anak muda, Hafidz Arif yang merupakan Ketua IKPMD memandang event Selendang Sutra sebagai wahana untuk bisa saling memahami adat istiadat yang ada di nusantara. Melalui event ini pula Hafidz berharap agar hubungan antara asrama mahasiswa dan masyarakat Yogyakarta bisa harmonis. “Jangan ada lagi ekslusivitas,” pesan Hafidz.
Di Yogyakarta sendiri total asrama mahasiswa daerah jumlahnya mencapai 168 asrama. Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta diketahui ada beberapa asrama mahasiswa yang sudah dimanage dengan baik yakni ada perhatian dari Pemerintah Daerah terkait. Namun ada pula asrama mahasiswa yang hanya berupa bangunan fisik saja, tanpa ada perhatian dari Pemda yang bersangkutan. Asrama mahasiswa yang mendapat perhatian dari Pemda yang bersangkutan dengan asrama mahasiswa yang tidak mendapat perhatian dari Pemda kondisinya tentu berbeda. Demikian ungkap Ernawati Purwaningsih dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.
Lebih lanjut Ernawati menjelaskan bahwa keberadaan asrama mahasiswa memiliki beberapa fungsi antaralain sebagai tempat tinggal, anjungan budaya, wakil dari pemerintah daerah, dan sebagai arena untuk bersosialisasi. Untuk fungsi yang terakhir ini para pelajar dan mahasiswa diharapkan tidak hanya belajar di dunia akademik saja tetapi juga mampu belajar bersosialisasi dengan sesama mahasiswa dari berbagai suku dan juga dengan masyarakat sekitarnya.(Rum) Sumber: Citra Jogja, Senin 17/04/17). https://www.youtube.com/user/jogjatv2
Likes